Selasa, 12 Oktober 2010

Berakhir di Bintang Timur



  • Bak juru foto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengarahkan kameranya ke para suporter yang bersorak-sorai. Final sepak bola hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia sedang berlangsung di bawah guyuran hujan, Ahad sore dua pekan lalu. Dua kesebelasan Angkatan Darat berhadapan.

    Di panggung kehormatan, ada juga Wakil Presiden Boediono, Panglima TNI Marsekal Agus Suhartono, Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso Danuri, juga sejumlah menteri. Mengenakan kaus merah-putih berlambang Garuda, Yudhoyono sesekali tersenyum menyaksikan pendukung kedua tim yang terlihat kompak.

    Pertandingan berakhir setelah hujan reda menjelang petang. Tim Angkatan Darat A menjadi juara, mengalahkan Tim B 1-0. Segera setelah final di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Selatan ini, Presiden mengarahkan "kamera lain" buat mengatasi persoalan gawat: mencari calon baru Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. "Dia tahu politikus di Senayan menolak jagoannya," kata sumber Tempo.

    Dua calon disiapkan di meja Presiden, yakni Komisaris Jenderal Nanan Soekarna dan Komisaris Jenderal Imam Sudjarwo. Yudhoyono lebih menjagokan Imam, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan. Sumber Tempo mengatakan Imam dianggap belum banyak "terkontaminasi" persoalan-persoalan di kepolisian. Tapi ia pilihan berisiko. Sebab, sejumlah partai besar di Dewan Perwakilan Rakyat kemungkinan besar menolaknya. Tak ada jalan lain, calon baru harus diajukan.

    Ahad malam yang sibuk. Presiden menghubungi sejumlah orang yang dia percaya. Mereka antara lain, menurut sumber, Jenderal Purnawirawan Sutanto, mantan Kepala Kepolisian yang kini menjadi Kepala Badan Intelijen Negara. Nama Inspektur Jenderal Timur Pradopo, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, mulai mencuat.

    Seperti biasa, Yudhoyono memperhatikan persoalan detail. Ia rupanya mendengar rumor tentang kehidupan pribadi Timur, perwira alumnus Akademi Kepolisian 1978. Rumor ini disingkirkan, menurut sumber lainnya, karena dianggap tak didukung bukti kuat. From zero to hero, Timur muncul di tikungan terakhir, menyingkirkan Nanan dan Imam, yang selama beberapa pekan belakangan terus disebut sebagai calon terkuat.

    Langkah harus segera diambil. Presiden tak punya banyak waktu buat mengajukan calon ke Dewan. Sebab, ia dijadwalkan terbang ke Belanda pada Selasa pekan lalu-walau kemudian batal pada menit terakhir. Senin pagi, Presiden menggelar rapat khusus di kantornya. Ia mengundang Wakil Presiden Boediono; lalu Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto; Menteri-Sekretaris Negara Sudi Silalahi; Sutanto; dan Bambang Hendarso.

    Yudhoyono menyampaikan keputusannya buat mengajukan Timur. Ia lalu memerintahkan Bambang Hendarso segera menyiapkan kenaikan pangkat Timur menjadi bintang tiga. Caranya, menempatkan Timur ke posisi Kepala Badan Pemeliharaan dan Keamanan, yang segera ditinggal pensiun Komisaris Jenderal Iman Haryatna.

    Djoko Suyanto membenarkan adanya rapat khusus pada Senin pagi itu. "Memang ada pembahasan," katanya. Wakil Presiden Boediono juga mengaku dilibatkan dalam pembahasan. "Dalam pembahasan itu saya ada," katanya ketika berkunjung ke kantor Tempo, Jumat pekan lalu.

    Mendapat perintah, Bambang Hendarso bergerak cepat. Sesaat setelah Yudhoyono membuka rapat kabinet pada pukul 11.55, ia meninggalkan Istana Negara menuju kantornya di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. "Ada tugas penting," katanya sambil setengah berlari menuju mobil.