Selasa, 05 Oktober 2010

SISI LAIN ISTANA


Belanda Siaga Perang

Suasana di Belanda sangat ribet ketika Presiden Soeharto akan berkunjung ke negeri itu hari Selasa, 1 September 1970. Senin petang, 31 Agustus 1970, Menteri Luar Negeri Adam Malik melaporkan kepada Soeharto di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta, bahwa kediaman resmi Duta Besar Indonesia untuk Belanda Taswin Natadiningrat di Wassenaar, Den Haag, diduduki pemuda yang mengaku sebagai kelompok pemuda Ambon. Taswin dan keluarga berhasil lolos dari kepungan.

Kejadian itu membuat Soeharto menunda keberangkatannya selama 24 jam. Baru hari Rabu malam, 2 September, Soeharto dan Nyonya Tien Soeharto beserta 36 anggota rombongan resmi terbang dengan pesawat DC Pulau Bali Garuda Indonesia Airways (GIA) meninggalkan Halim Perdanakusuma, Jakarta. Beberapa menit sebelumnya di Jalan Cendana, Soeharto menyerahkan surat keputusan kepada Wakil Presiden Sultan Hamengku Buwono IX untuk menjalankan tugas kepresidenan selama Soeharto di luar negeri.

Kamis tengah hari, 3 September, ketika masuk ke wilayah udara Belanda, pesawat kepresidenan Indonesia langsung disambut delapan pesawat tempur Starfighter Angkatan Udara Belanda yang mengantar rombongan mendarat di bandar udara militer Ijpenburg, beberapa kilometer dari Den Haag. Turun dari pesawat, Soeharto disambut dengan dentuman meriam 12 kali dan disambut oleh Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard, Perdana Menteri De Jong, dan anggota kabinet.

Setelah upacara resmi, rombongan Soeharto diangkut dengan empat helikopter ke Istana Huis Ten Bosch. Jadi tidak dengan iring-iringan mobil.

Waktu itu, Den Haag dinyatakan sebagai kota tertutup. Di mana-mana di kota itu tampak kendaraan lapis baja disiagakan dan 4.000 polisi dikerahkan. Segala bentuk demonstrasi dinyatakan terlarang. Kegiatan Soeharto dan rombongan sangat terbatas di dua tempat, yakni antara wilayah Binnenhof (tempat parlemen) dan Huis Ten Bosch sejauh 4 kilometer.

Sempat terjadi aksi unjuk rasa oleh sejumlah orang yang mengaku dari Republik Maluku Selatan dan berakibat 25 orang ditangkap polisi. Sementara itu, gedung Kedutaan Besar Indonesia dan Wisma Duta di Wassenaar dikelilingi pagar kawat berduri serta dijaga sejumlah panser dan prajurit berseragam militer. Hanya semalam Soeharto berada di Belanda dan kemudian terbang ke Jerman.

Harian terbesar Belanda saat itu, Daily Telegraph, menyatakan, kunjungan tersebut dicatat dalam sejarah karena selama itu baru kali ini Belanda melakukan operasi pengamanan sebesar itu.

Dua puluh lima tahun kemudian, tanggal 21 sampai 31 Agustus 1995, Ratu Beatrix didampingi Pangeran Claus dan Pangeran Van Oranje datang ke Indonesia dan sempat pesiar ke Keraton Yogyakarta, Borobudur, dan berenang di Laut Bunaken, Sulawesi Utara.

SBY bertolak ke Belanda

Selasa (5/10), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono berangkat ke Belanda untuk memenuhi undangan Ratu Beatrix. Ini untuk kedua kalinya Presiden RI datang ke Belanda sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.(J Osdar)